Senin, 11 November 2019

Jenang, Jajanan Ttradisional yang Terkenal Filosofinya

Image by pulse.lk
Kuliner kini menjadi buruan yang begitu hangat di kalangan masyarakat. Diantara banyaknya kuliner yang ada di tengah masyarakat, jenang menjadi kuliner yang tetap memiliki pasar tersendiri bagi sebagian masyarakat tertentu. Berbahan dasar beras ketan, jajanan pasar tradisional ini menjadi begitu legendaris dengan cita rasanya yang khas. Olahan satu ini berasa manis dan  kenyal sedikit lengket. Itulah yang kemudian menjadi keunikan dari jenang ayu.

Filosofi Jenang
Jenang ternyata merupakan makanan yang sudah ada sejak jaman kerajaan dahulu yakni ketika kemunculan kerajaan Hindu-Budha. Pada waktu itu makanan digunakan sebagai salah satu sarana yang menjadi simbol untuk menghaturkan sesuatu terutama dalam memanjatkan doa-doa dan pujian lainnya. Dikutip dari goodnewsfromindonesia, jenang merupakan salah satu makanan yang dijadikan sebagai simbol doa, persatuan, harapan, dan semangat. Jenang kemudian dijadikan simbol atas wujud rasa syukur masyarakat kepada Sang Pencipta. Jenang sebenarnya terbagi menjadi banyak jenis. Namun, secara keseluruhan filosofi yang terkandung di dalamnya tidak jauh berbeda antara jenang satu dan lainnya.

Jenang seringkali dijumpai ketika ada acara hajatan masyarakat. Seperti acara pernikahan, sepasaran bayi yakni pemberian nama bayi yang lahir, maupun upacara tujuh bulanan. Di acara pernikahan jenang diyakini dapat menghantarkan keberkahan kepada mempelai dan juga keluarga. Sementara ketika jenang digunakan dalam acara pemberian nama, harapannya dapat mendatangkan kebaikan-kebaikan yakni sebagai doa bagi si bayi yang diberi nama tersebut. Untuk acara tujuh bulanan, jenang didaulat sebagai makanan yang khas untuk ibu yang sedang mengandung bayinya.

Jenis-jenis Jenang
Jenang ternyata terdiri dari beberapa jenis. Diantaranya adalah jenang ayu yang biasa dijumpai ketika ada hajatan pernikahan. Biasanya jenang satu ini dihidangkan kepada tamu yang datang sebagai makanan pembuka. Selain itu, ada jenang sumsum. Berbeda dengan jenang ayu, jenang sumsum lebih encer karena menggunakan kuah yang disebut dengan kilang yang terbuat dari gula merah yang dicairkan. Jenang lain yakni jenang procotan yang biasa digunakan saat upacara selamatan ibu hamil atau tujuh bulanan. Kemudian ada jenang abang yang digunakan sebagai perwujudan simbol pada malam suro dan malam-malam pemanjatan doa lainnya. Tidak hanya itu, masyarakat Jawa juga menyediakan jenang ireng dan jenang grendul yang disajikan sebagai kuliner keluarga di rumah.

Diantara banyaknya jenis jenang dan nilai filosofis yang terkandung pada setiap jenisnya, jenang seringkali diproduksi oleh kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kini UMKM dapat diakses melalui portal online yakni Titipku. Portal ini menyediakan output berupa aplikasi yang didalamnya terdapat aneka produk UMKM. Dengan demikian, jika hendak berbelanja produk UMKM tidak perlu jauh-jauh ke tempat tujuan hanya cukup dengan melalui Aplikasi Titipku maka semua akan teratasi.




Previous Post
Next Post

0 komentar: